Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
Jumat, 29 April 2016

POTLOT 14 (tempat nongkrong anak slankers)

Jalan Potlot 14, pada suatu
siang. Rumah yang terletak di
gang sempit di kawasan
Durentiga, Jakarta Selatan, itu
lebih mirip sebuah markas geng
ketimbang rumah tinggal. Sekitar 200 anak muda yang
menamakan dirinya warga
”Slankers”—alias komunitas
penggemar Slank—duduk-duduk di
pinggir rumah. Rata-rata
mereka berpenampilan serupa: dengan jins kumel, rambut panjang
tak beraturan, gaya yang acuh
tak acuh, bersandar ke tembok
yang penuh dengan grafiti.



”Arek Simo Es Be Ye tidur di

Potlot”, ”Turu nang Potlot” (tidur di Potlot—Red),
”Slankers Lampoenk” secara
serabutan tertulis di tembok itu
sehingga gerombolan grafiti itu
akhirnya menjadi selembar
”wallpaper”. Hari ini adalah hari besar untuk para Slankers. Hari
ini adalah pertemuan antara
komunitas penggemar Slank dan
musisi pujaannya. Kelompok Slank
adalah satu-satunya kelompok
musik Indonesia yang memiliki komunitas penggemar terbanyak
dan fanatik. Jumlah
penggemarnya yang terdaftar
dalam fans club mencapai hampir
setengah juta orang. Hubungan
antara kelompok Slank dan para Slankers semakin dekat dengan
kegiatan open house di Potlot,
tempat setiap Slankers bebas
datang, mengobrol, bahkan
menginap di ”sarang” tersebut.
Tersedia kamar-kamar berukuran dua kali tiga meter
untuk para Slankers dari luar
kota yang ingin sekadar melepas
lelah. Memang, Slank bukan hanya
berhasil meraih sukses melalui
delapan albumnya. Nama Slank pun identik dengan gaya hidup. Para
Slankers yang fanatik lazimnya
mengenakan kaus ketat yang
mempertontonkan pusar,
dompet yang menggelantung di
kanan pinggang, kalung dengan liontin berlogo kupu-kupu yang
menunjukkan kaum Slankers, dan
mereka akan saling meneriakkan
”Piss!”—pelesetan dari kata
”peace”—pada saat
bentrok.”Mereka adalah kita. Kita adalah mereka,” kata
Abdee Negara, gitaris Slank,
menjelaskan hubungan antara
kelompoknya dan penggemarnya.
Kedekatan dengan penggemar
merupakan misi terpenting Slank. Maklum, pada masa lalu, kelompok
band atau artis biasanya tidak
dapat dijangkau oleh para
penggemarnya. Jarak semacam
itulah yang ingin diterabas
kelompok ini dengan menciptakan komunitasnya—yang tentu saja
pada akhirnya berbuntut pada
kesetiaan kepada produk dan
konser Slank—sehingga batas
antara personel Slank dan
penggemar mereka makin cair. Kebiasaan curhat (ini bahasa
anak muda untuk kata
”mencurahkan hati”—Red) para
Slankers kepada personel Slank
adalah acara rutin jumpa fans.
Bahkan, cerita pribadi tersebut bisa menjadi sebuah lagu. ”Saya
pernah diceritain masalah cewek.
Dia nangis-nangis ke saya. Hidupnya
hancur,” tutur Bim Bim. Lalu,
jadilah lagu Jinnabelasan, yang
berkisah tentang seorang anak korban keluarga yang pecah. Apa
boleh buat, di mana ada
ketenaran, di situ ada
kebingungan dan kekagetan.
Untuk alasan apa pun, narkotik
dan obat-obatan terlarang kemudian menjadi sebuah pelarian.
Rumah nomor 14 di Gang Potlot
itu pun dinamakan ”Pulau Biru”—
diambil dari nama salah satu
perusahaan penyelenggara tur
Slank—tempat Slankers merasa memiliki dunia sendiri. Dunia itu
terdiri dari shabu-shabu, putaw,
atau sekadar ganja. Menurut
Abdee, ketika tiga personel
Slank masih kecanduan putaw,
uang yang harus dikeluarkan untuk mete (istilah yang berarti
mengisap putaw—Red) bisa
mencapai Rp 1 juta dalam sehari.
Padahal, tiga pengusung Slank—
Bim Bim, Kaka, dan Iwan—telah
menjadi pecandu putaw selama enam tahun. Bayangkan, berapa
ratus juta (atau bahkan miliar)
rupiah yang terbuang untuk
putaw. Kegiatan arisan
(beramai-ramai berpesta drugs
—Red) itu pada akhirnya menjadi lingkaran setan di antara para
Slankers dan kelompok Slank.
Bahkan ada Slankers yang
sengaja memberikan upeti
narkotik ke personel Slank.
”Akhirnya, orang-orang menyangka, hal seperti itulah
(menggunakan narkotik—Red)
yang harus dilakukan Slankers,”
tutur Denny M.R., pengamat
musik.Di era tahun 90-an gang ini
mulai dikenal oleh kalangan pecinta musik domestik, gang yang
terletak di sekitar Taman
Makam Pahlawan Kalibata ini
merupakan markas besar dari
grup band SLANK dan para
Slanker (Fans berat SLANK.red).Berbeda dengan
gang kebanyakan, di tempat itu
terdapat sebuah komunitas anak
muda yang boleh dikatakan sangat
kreatif di bidangnya, bidang yang
pada umumnya sangat diminati oleh kaum muda…..ya musik!.
komunitas anak muda ini tidak
hanya sekedar kumpul-kumpul
mendengarkan atau memainkan
musik dari musisi idolanya saja
melainkan mereka juga berkarya atau menciptakan sendiri bahkan
pada akhirnya mempunyai
management artis untuk
komunitas mereka.Layaknya
sebuah institusi pendidikan non
formal, gang Potlot No.14 bisa menghasilkan beberapa musisi
muda yang pada saat
pemunculannya bisa dan mampu
bersaing dengan para
pendahulunya baik secara
penampilan dan hasil karyanya. Tak jarang juga karya-karya
mereka bisa menciptakan trend
baru pada saat itu dan bisa
membuat pangsa pasar
sendiri.Potlot 90anSlank dan
Oppie Sebut saja Oppie Andaresta & BOP salah
satunya, saat pemunculan
pertamanya dengan bermodalkan
lagu yang berirama sedikit
berbau country dengan lirik
menggelitik langsung mencuri perhatian para penikmat musik
dalam negeri.Konon lagu yang
berjudul Cuma Khayalan itu
diciptakan oleh salah seorang
personel SLANK dalam durasi
kurang lebih lima menit saja! saat mereka sedang berada di Anyer.
Contoh lain musisi jebolan Gang
Potlot yang mampu menciptakan
trend & pangsa pasar sendiri
adalah Alm. Imanez & Otto Jam.
Dengan irama reggea yang berjudul Anak Pantai….langsung
menghentak blantika musik
domestik kala itu.Seiring
berjalannya waktu dan
terjadinya perpecahan dalam
tubuh SLANK, komunitas tersebut lambat laun tak
terdengar lagi, kreatifitas
mereka seakan ikut menghilang…
hanya Oppie Andaresta yang
masih sempat mengeluarkan album
dengan hasil yang sangat kontras dengan dua album sebelumnya saat
komunitas gang Potlot masih
aktif.OppieSeiring berjalannya
waktu dan terjadinya
perpecahan dalam tubuh
SLANK, komunitas tersebut lambat laun tak terdengar lagi,
kreatifitas mereka seakan ikut
menghilang…hanya Oppie
Andaresta yang masih sempat
mengeluarkan album dengan hasil
yang sangat kontras dengan dua album sebelumnya saat komunitas
gang Potlot masih aktif.Sangat
disayangkan, komunitas tersebut
harus berakhir atau bubar jalan
dengan sendirinya, padahal banyak
sekali musisi muda berbakat yang tergabung di dalam komunitas
tersebut.Gang Potlot saat ini
hanya sebagai markas besar
SLANK dan Slanker untuk
berinteraksi (menurut saya !),
tidak ada lagi atau mudah- mudahan belum ada lagi musisi
selain SLANK yang mampu
menggebrak dan memberikan
nuansa baru untuk blantika musik
indonesia….sangat disayangkan
memang.Slank dan Potlot sekarang yang sudah modern dan
mengikuti perkembangan jaman
pstinya lebih bersih dari narkoba.

SUMBER:http://ngeplur.mywapblog.com/

0 komentar:

ANDA PENGUNJUNG KE

About Me

Foto Saya
Lembaga Musik Samawa
Lihat profil lengkapku